Gambar 1

masih dalam perbaikan.

Gambar 2

masih dalam perbaikan.

Gambar 3

masih dalam perbaikan.

Gambar 4

masih dalam perbaikan.

Gambar 5

masih dalam perbaikan.

Sunday, November 14, 2010

Just For Fun

Di taman kota terlihat 2 orang petugas kebersihan sedang bercakap-cakap tentang pekerjaannya.

Amir : "Hai, Badu tolong dong diukur tingginya tiang bendera itu."

Tak lama kemudian Badu memanjat tiang bendera itu sambil memegang meteran.

Amir : "Hai, Badu ngapain kamu pakai manjat tiang segala, kamu tinggal buka saja baut pengikat itu terus kamu ukur saja!! Capek-capek pakai memanjat segala!!"

Badu : "Katanya disuruh mengukur tingginya, ya saya manjat, kalau tiangnya dirobohin itu bukan ngukur tingginya tapi panjangnya."
 
 
 
 
 
Eko sering mengeluh sakit kepala dan nyeri didada. Dokter menganjurkan agar dia berhenti merokok dan minum minuman keras. Selain itu harus berhenti makan daging kembing, daging kesukaan Eko.
"Jangan lupa daging kambing. Anda hanya boleh makan sayur-sayuran dan daging hewan yang bisa berenang dan terbang," nasehat Dokter.

Setelah tiga hari berlalu sang Dokter menelpon Eko mengingatkan Eko agar hanya makan daging hewan yang bisa berenang dan terbang.

Tiga bulan kemudian Dokter menegok kerumah Eko untuk melihat perkembangan Eko.
Dia diberitau kalau Eko ada di kolam renang.
Mendengar itu sang Dokter merasa tenang, menyangka Eko bukan hanya mengikuti anjurannya, tetapi juga mau berolahraga untuk meningkatkan kebugaran tubuhnya. Sang Dokter langsung bergegas menuju kekolam renang dimana Eko berada.

Namun apa yang dilihatnya dikolam renang?
Eko berada didalam air melatih kambing berenang.
 
 
 
Seorang mahasiswa semester satu (1) yang baru saja duduk di bangku PTN ternama di Jakarta Mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya di desa nun jauh di pelosok
Jawa Tengah. Begini isi suratnya:

"Bapak dan Ibu, alhamdulillah, saat ini saya sudah mulai kuliah di Jakarta. Kuliahnya dari pagi sampai siang. Teman-temanku di sini baik-baik, malah banyak juga yang berasal dari daerah. Saya juga sudah kost, biayanya agak mahal cuma 250 ribu per bulan. Oh ya, Bapak dan Ibu, nilai IP saya semester satu (1) ini sudah keluar, yaitu 3,5. Doakan saya semoga kerasan tinggal di Jakarta"

Sebulan kemudian, mahasiswa tersebut menerima balasan tersebut;

"Anakku, alhamdulillah kamu sudah mulai kuliah. Kami berdua mengharapkan kau cepat lulus dan membantu menyekolahkan adik-adikmu. Mohon maaf bila bulan depan uang kiriman kami agak telat, soalnya harga gabah sedang turun, kata orang-orang desa akibat import beras".

"Cuma kami agak sedikit kecewa melihat nilai kamu. Di Ibtidaiyah, Tsanawiyah
hingga Aliyah, nilai kamu kan tidak pernah di bawah 7, malah sering 8 dan 9. Kok sekarang cuma 3,5? Ayo nak, rajin-rajinlah belajar"

"Jangan-jangan ini karena kamu ndak fokus ke kuliahmu ya? Mungkin karena kamu ikut-ikutan kost yang bayarnya mahal itu? Makanya nak, jangan dilakoni semua, kalo mau kuliah ya kuliah, kost ya kost, jangan dua-duanya"
 

Tuesday, November 2, 2010

(jurnal ilmiah bekam) Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan

Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan

Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana
Untuk http://kaahil.wordpress.com
Dari artikel :
Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation into the effect of Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion.: The Internet Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.

Abstrak
Objektif: Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam tingkatan patofisiologis pada penanganan Nyeri lutut anterior (bagian depan) dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta kenyamanan.
Metode: Survei Eksperimen menggunakan percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif maupun subyektif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa banyak variabel independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan (Dane, 1990).
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam tingkat rasa sakit, kenyamanan dan rerata pergerakan  pada pasien dengan nyeri lutut anterior antara sebelum dan setelah bekam (P <0,05).
Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan/Efikasi Terapi bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan pergerakannya, hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan pada peserta penelitian sebagai akibat dari Terapi Bekam. Dianjurkan untuk dilakukan studi lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih besar dan waktu yang lebih lama.

Pendahuluan
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan diantaranya : Penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren, gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental. Tujuan bekam adalah untuk membuang darah dari dalam tubuh yang diyakini dapat merusak tubuh dan pada gilirannya berpotensi merugikan mulai dari gejala biasa sampai yang mengarah pada menurunnya derajat kesehatan.

Sejarah dan asal mula Terapi Bekam
Secara tradisional, Terapi bekam telah dipraktekkan oleh banyak budaya dalam satu bentuk atau lainnya. Di Inggris praktek Terapi bekam juga telah tercatat dalam kurun waktu yang lama dengan salah satu jurnal kesehatan ‘ The Lancet ‘ yang diberi nama setelah adanya praktek ini. Lanset merupakan salahsatu peralatan bedah tradisional yang digunakan untuk membuang kelebihan darah yakni venaseksi dan digunakan untuk membedah Abses/bisul. Kata dalam bahasa Arab untuk Terapi Bekam adalah Al-Hijamah yang berarti untuk mengurangi ukuran yakni untuk mengembalikan tubuh pada kondisi alamiah.
Praktek  Al-Hijamah telah menjadi bagian dari budaya Timur Tengah selama ribuan tahun sebagaimana telah ada pada catatan di zaman Hipokrates (400 SM). Di belahan barat, yang pertama melakukan Terapi Bekam adalah orang-orang Mesir kuno, dan yang tertua terekam dalam Textbook berjudul “ Ebers Papyrus” yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di negeri Mesir menyebutkan masalah bekam (Curtis, 2005). Terapi bekam secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Bekam kering (Dry Cupping) dan Bekam basah(Wet Cupping). Terapi bekam kering cenderung lebih banyak dipraktekkan di wilayah Timur Jauh, sedangkan Bekam basah menjadi favorit di wilayahTimur Tengah dan Eropa Timur. Untuk tujuan penelitian ini dilakukan penyelidikan Terapi bekam basah yang kemudian disebut sebagai Terapi Bekam.

Penggunaan Terkini Terapi Bekam
Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM= Complementary and Alternative Medicine) akhir-akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia Biomedis kesehatan (Hill, 2003). Survei menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk Inggris (Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton dan Sparber, 2001) menggunakan CAM. Selain itu, mainstream dunia kesehatan yang meminta bukti lebih lanjut untuk CAM semakin tertarik pada beberapa bentuk CAM (Hoffman, 2001).

Khasiat Medis dari  Terapi Bekam
Menurut Hennawy (2004), Terapi Bekam diindikasikan untuk penanganan gangguan darah, mengobati nyeri, inflamasi/peradangan, relaksasi fisik dan mental, varises pada pembuluh darah vena dan masase jaringan dalam serta memberikan hingga 50% peningkatan pada tingkat kesuburan.
Prinsip-prinsip Akupunktur dan Akupressure sangatlah mirip dengan Terapi Bekam basah, hanya saja pada bekam basah melibatkan pengeluaran darah sedangkan pada Akupunktur dan Akupressure menggunakan isapan dan stimulasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengeluaran darah (Blood letting) itu sebenarnya merupakan salahsatu di antara teknik Akupunktur tertua (Dharmananda, 2004). Diperkirakan bahwa Akupunktur awalnya merupakan metode penusukan bisul dari kulit, kemudian dikembangkan untuk mengeluarkan “darah kotor” yang umumnya disertai cedera atau demam dan pada akhirnya dapat mengeluarkan roh jahat dan atmosfir Qi yang jelek (terutama “angin”) keluar dari dalam tubuh(Unschuld, 1985).
Fokus perhatian kembali pada penelitian tradisi pengobatan Cina dimana penemuan Akupressure dan Akupunktur dalam meredakan nyeri telah membuktikan bahwa dengan metode tersebut dapat melepaskan zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat meredakan nyeri dan membantu memperbaiki status fisiologis individu (Schulte, 1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis; Akupressure dan Akupunktur bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri  menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH) Consensus Development Panel (1997), Akupunktur juga efektif menangani mual dan muntah akibat kemoterapi, mual pada kehamilan, sakit gigi, adjunct therapy, kasus addiksi, rehabilitasi stroke, sakit kepala, kram haid, tennis elbow, fibromyalgia, nyeri punggung bawah(LBP), carpal tunnel syndrome, asma dan sebagainya (Lee, 2001). Mengingat relatif rendahnya biaya CAM pada umumnya sehingga integrasi antara terapi dalam mainstream kesehatan publik tidak diragukan lagi akan dapat meringankan beban keuangan dan waktu pada sistem sistem kesehatan kita ini.
Sebagaimana bekam juga ditujukan sebagai terapi yang efektif untuk penanganan nyeri dan memiliki kesamaan dengan teori Akupunktur dan Akupressure, sehingga sangatlah mungkin Terapi Bekam memiliki aksi mekanisme biologis yang sama pula seperti disebutkan diatas dalam hal meredakan nyeri.

Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian, dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk., 2000).

Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.

Kontra-indikasi dan Kehati-hatian Terapi
Terapi Bekam tidak memiliki efek samping yang berarti, hanya berupa ketidaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada kulit pasien. Dalam kasus di mana pasien memiliki ambang batas nyeri yang rendah, dapat diberikan pembiusan lokal. Begitu juga efek samping ringan lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa sedikit berkunang-kunang setelah Terapi Bekam, sekali lagi ini adalah mirip seperti setelah pengambilan darah oleh dokter, pada saat bekam darah terdorong mengalir ke daerah yang dibekam (hiperemis ), beberapa kadang merasa hangat dan lebih panas sebagai akibat dari pelebaran pembuluh darah/vasodilatasi dan sedikit berkeringat mungkin terjadi. Sekali lagi ini dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional, tidak  ada alasan yang memicu kekhawatiran.
Wanita hamil atau sedang menstruasi, pasien kanker (metastasis) dan pasien dengan patah tulang atau spasme otot dikontraindikasikan untuk penelitian ini. Demikian juga, Terapi Bekam tidak dapat diterapkan di daerah DVT, di mana terdapat ulkus, arteri atau tempat di mana denyutan pembuluh darah dapat dirasakan (Chirali, 1999).

Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri Lutut Anterior (AKP), Rentang pergerakannya dan dampak terhadap kualitas hidup dan kenyamanan.

Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi nyeri lutut, Rentang pergerakan dan kenyamanan.

Metodologi dan desain penelitian
Metode penelitian ini adalah suatu survey eksperimental dengan menggunakan metodologi percobaan klinis dan kuesioner.  Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif maupun subyektif.  Pengukuran Subyek penelitian diambil sebelum dan sesudah tes.
Penelitian ini dirancang setelah dilakukan tinjauan pustaka yang intensif, diskusi dengan praktisi bekam, pengamatan teknik aplikasi di lapangan, dan diskusi serta komunikasi dengan para praktisi dan pusat-pusat yang terlibat dalam praktek bekam (terutama di Timur Tengah). Setelah itu, prosedur untuk aplikasi bekam pada penelitian ini ditentukan(lihat prosedur aplikasi bekam).
Lembar penilaian (lihat Lampiran 1) dirancang untuk memasukkan data informasi pasien, riwayat medis terdahulu dan sekarang, pengukuran tanda-tanda vital (detak nadi, tekanan darah dan saturasi O2 hanya untuk tujuan monitoring). Semua pengukuran dan pertanyaan dilakukan oleh peneliti yang sama sebelum dan setelah bekam untuk meningkatkan validitas dan kehandalan (reliabilitas).
Outcome pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Analog Sakit Visual (Pain VAS), Skala Analog Kenyamanan Visual (Well Being VAS) dan Rerata Pergerakan sendi,  baik Rerata Pergerakan Aktif (AROM) dan Rerata Pergerakan Pasif (PROM). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam, dimana semua peserta penelitian mendapatkannya. Variabel Independen yang diukur adalah Skala Sakit dan Kenyamanan VAS serta Rerata Pergerakan lutut baik yang aktif maupun pasif.  Peserta juga ditanya mengenai pendapat mereka tentang bekam, kesehatan umum serta kualitas hidup melalui kuesioner. Kuesioner dirancang secara hati-hati dengan mengintegrasikan serangkaian pendekatan kualitatif generik seperti kuesioner Kualitas Hidup World Health Organization (WHOQOL-100), EuroQol-5D (EQ-5D) dan the 15D Health Related Quality of Life (15D);  dengan tujuan untuk memperoleh kuesioner yang khusus untuk Terapi Bekam. Sebelum dilakukan penelitian utama, kuesioner telah berhasil diuji dalam dua pilot studi.

Populasi dan sampel penelitian
Target populasi untuk penelitian ini adalah masyarakat umum dominan di wilayah London dan yang saat ini tidak memiliki afiliasi terhadap model bentuk tehnik kesehatan apapun. Subyek penelitian direkrut dengan memanfaatkan berbagai teknik periklanan termasuk iklan di sebuah stasiun radio nasional (Spektrum Radio AM 558), sistem email universitas, dan acara TV dokumenter kesehatan di saluran satelit ANN(Arab News Network).
Kriteria inklusif :
·    Subyek dengan masalah lutut dan berusia antara 20-80 tahun.
·    Subyek yang sebelumnya tidak pernah dibekam di lutut atau di bagian tubuh lainnya selama enam bulan sebelum penelitian ini.
Kriteria eksklusif (pengecualian):
·    Bayi
·    Subyek yang menderita masalah jantung serius atau penyakit yang menyebabkan individu rentan mengalami pendarahan.
·    Ibu hamil
·    Pasien Kanker
·    Subyek dengan fraktur/patah tulang atau spasme otot di daerah lutut.

Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam termasuk sedotan pompa tangan, kop plastik ukuran yang sama dan peralatan antiseptik.

Etika pertimbangan penelitian
Peserta penelitian diberi lembar informasi yang menjelaskan secara detail prosedur penelitian, pemahaman subjek terhadap penelitian dipertimbangkan dan formulir izin/kesediaan untuk ikut penelitian diberikan sebelum penelitian dimulai. Subyek diizinkan kapanpun juga untuk menarik diri dari penelitian, atau ingin melanjutkan penelitian dan mendapatkan penjelasan/keterangan lanjut juga diperbolehkan untuk melakukannya. Persetujuan Etika diminta dari Komite Penelitian Kings College.

Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan bahwa:
  • Subyek telah memenuhi prasyarat bekam (criteria inklusif).
  • Kontra-indikasi telah dieliminasi
  • Peralatan tersebut telah steril
  • Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai efek samping ringan yang akan muncul
  • Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur dalam posisi duduk, kemudian subyek ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa nyeri mereka menggunakan skala analog visual dalam bahasa Inggris (dan juga disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat Lampiran 1) . Tanda-tanda vital yang diambil digunakan hanya untuk memantau kondisi subjek secara umum.
  • Pengamatan lutut dilakukan untuk mengetahui setiap abnormalitas, kemudian rerata pergerakan lutut diukur pada posisi terlentang oleh peneliti yang sama.
  • Subyek diwawancarai oleh peneliti yang sama.
  • Bekam dilakukan di lutut (sebelah lateral dari tendon otot quadriceps) menggunakan pisau bedah agar steril dan dapat mengontrol kedalaman dan lebar sayatan. Gelas kop digunakan pada daerah perlakuan dan darah dengan hati-hati dibuang sebanyak tiga kali. Daerah yang telah dibekam kemudian dikelola sesuai dengan prosedur dasar manajemen luka (yaitu antiseptik dan perban).
  • Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2, termasuk rerata pergerakan lutut serta skala sakit dan kenyamanan) diulang oleh peneliti yang sama segera setelah bekam dan kemudian satu, dua dan tiga minggu setelah bekam.
Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk minimum, maksimum, rerata, dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan sampel t-test digunakan untuk menentukan perbedaan diantara subyek penelitian sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan pada 5%. Semua analisis data menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) v.12 untuk Windows.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian, dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk., 2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.


Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan drop out sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan yang tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian dan dua relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga sisanya 15 relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat partisipasi 57,69% ( n = 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki (n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14 ± 16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil skor pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan untuk memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan kenyamanan: segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah bekam dan 3 minggu setelah bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive Ranger of Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual dan Skala Analog Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada semua hasil pengukuran.

Pembahasan
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit (Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan. Rata-rata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang cukup besar pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu dan juga 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi terhadap nyeri lutut anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000). Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum yang dirasakan oleh individu berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian. Hasil tersebut sangatlah penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang efektif untuk mengobati nyeri (Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini melengkapi saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam. The mean AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress. Rerata AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai rerata nya telah meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor minimum telah meningkat menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah meningkat menjadi 147.24 derajat dan skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat. Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan skor yang signifikan secara statistik beberapa saat setelah bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara statistik terlihat pada PROM. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan mampu meningkatkan range pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte, 1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara kwantitas terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit yang digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap kenyamanan seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke 8,23; secara keseluruhan peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal tersebut mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan ini didukung oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi bekam bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan mendapatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan bekam untuk nyeri lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki perbedaan signifikan secara statistik dalam mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi yang mengembangkannya. Penelitian jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang lain.
Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2: Paket Penilaian
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana Untuk http://kaahil.wordpress.com

Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of acupuncture, Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of patients with severe angina pectoris. Acupuncture & Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I. In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.; Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised controlled trial Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity, social class and their relation to physical activity during leisure time: results from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for Prevention and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events. British Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and Management of Anterior Knee Pain (available from http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare setting. Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain. Clinical Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with cancer. Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy practice. In Edwards, S. (ed) Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at: http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally induced pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain management: stepping up the quality of its evaluation. The Journal of the American Medical Association. 274(23): 1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with acupuncture analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal and environmental factors associated with physical inactivity among different racial-ethnic groups of U.S middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain, Symptom Control and Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of cupping therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of leech therapy in osteoarthritis of the knee: a randomized, controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65’s – could it be a cost-effective exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus conference). Journal of the American Medical Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary, alternative, unconventional, and integrative medicine in the old world. Archives of Dermatology. 134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press, Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical Review). British Medical Journal. 319(7215): 973-976